Cara mengatasi anak tantrum, supaya terkendali

Cara mengatasi tantrum pada anak, supaya anak dapat menjadi baik dan terkendali membutuhkan proses dan perlu dilatih sejak masih anak anak

Solusi terbaik untuk merubah perilaku anak tatrum

Dalam kenyatannya memang bukan sesuatu yang mudah untuk dapat mengatasi anak tantrum dan mengontrol perilaku serta emosi anak, apabila yang mereka lakukan tidak sesuai dengan keinginan orang tua. 
 
Namun demikian, sangatlah penting untuk mengetahui cara menghadapi anak tantrum agar supaya perilaku buruk anak dapat berubah menjadi baik dan terkendali. Hal ini, karena anak tantrum merupakan salah satu misteri perilaku anak.

Perilaku anak kecil terkadang memang menjadi suatu misteri bagi orang tua, karena anak terkadang dapat bersikap sangat manis, tetapi dapat juga menjadi tidak terkendali, akhirnya bisa menjadi fase tantrum pada anak setelah beberapa saat kemudian.

Apa itu tantrum? tantrum merupakan ledakan emosi yang biasanya dihubungkan dengan anak anak atau orang yang dalam kesulitan emosional. 
 
Ciri anak tantrum biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit dan berteriak teriak, melakukan pembangkangan, mengomel, marah dan resistensi terhadap upaya untuk menenangkan. (Dikutip dari Wikipedia)

Anak-anak sering tidak mau mendengar perintah dari orang tuanya, bahkan ada juga yang membantah disertai dengan marah dan terkadang disertai dengan perilaku yang suka membanting pintu atau perilaku tidak baik lainnya, apabila dilarang perilakunya oleh orangtua mereka. 

Baca juga : Ikan salmon untuk ibu hamil, dan untuk kesehatan bagus

Menurut seorang psikolog bernama Marsha Tengker bahwa tantrum merupakan hal yang normal dan umum terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun.

Apakah anak tantrum perlu dilakukan hipnoterapi anak tantrum? Hipnoterapi merupakan tipe terapi anak tantrum yang memakai hipnotis yaitu suatu tindakan memasuki alam bawah sadar seseorang untuk memberikan sugesti tertentu.

Dalam kondisi kasus seseorang yang depresi, maka hipnoterapi ini bertujuan untuk membuat seseorang menjadi fokus dan rileks sehingga perasaan dan emosi negatif di masa lalunya dapat dikendalikan.

Bagaimana cara mencegah tantrum?

Emosi merupakan suatu tindakan wajar, baik itu terjadi pada orang dewasa maupun anak anak. Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anaknya untuk menghayati dan merasakan kekecewaan, kesedihan maupun kemarahan yang dialaminya.

Dalam hal ini, orang tua hendaknya mendampingi, memeluk dan memberikan empatinya  tanpa mempengaruhi emosinya terlebih dahulu apalagi sampai menghentikan emosinya, ketika anak menangis kecewa dan merasa sedih.

Selain itu, orang tua juga harus dapat memberitahu kepada anak tentang bentuk atau ekspresi emosi yang dapat diterima orang tua.

Seperti contohnya : boleh menangis tapi sambil memeluk orang tua, boleh marah tetapi harus mengatakan keinginannya dengan pelan kepada orang tua dan contoh contoh baik lainnya yang menurut orang tua bisa diterima.

Dengan begitu, maka bentuk ekspresi emosi anak secara pelan pelan dapat terarah dan tersalurkan tanpa merugikan orang lain dan lebih mementingkan mencari jalan keluar dan penyelesaian masalah.

Cara cerdas mengahadapi anak tantrum :

Apabila tindakan perilaku anak tantrum membahayakn dan berpotensi menimbulkan kerusakan maka tindakan intervensi harus segera dilakukan. Semua orang tua berharap supaya anak tantrum sudah dapat hilang sebelum anak berusia 3 tahun.

Hal ini, karena dengan bertambahnya usia anak maka tenaga anak akan semakin kuat dan semakin sulit untuk dikendalikan.

Selain itu, tantrum yang kuat dapat bersifat merusak baik secara fisik maupun dalam bentuk perilaku berbohong, menyalahkan orang lain, menutup diri, merebut milik orang lain secara paksa dan lain sebagainya.

Berikut 5 cara cerdas menghadapi anak tantrum :

- Pegang kaki dan anak erat erat supaya anak tidak dapat memukul, menendang atau melakukan tidakan berbahaya lainnya.

- Anak jangan diajak berkomunikasi dahulu sampai selesai usahanya untuk memberontak, termasuk jangan berteriak menyuruh anak untuk berhenti.

- Tunggu dalam waktu 15 sampai 20 menit, biasanya anak akan merasa letih dan berangsung angsur tenang. Barulah anak dapat diajak bicara.

- Jelaskan mengapa orang tua memegang erat erat dan mengapa kita tidak memenuhi permintaannya.

- Beritahu anak bagaimana seharusnya yang dapat dilakukan anak ketika menunjukkan kemarahannya.

Anak diajari untuk mengambil keputusan

Keputusan yang diambil oleh anak usia 3 – 6 tahun, tentu saja sesuai dengan kapasitasnya dengan cara anak belajar mandiri. 

Baca juga :  Merk susu formula bayi terbaik untuk bayi 1 tahun keatas, rekomen

Ketidak mampuan anak untuk mengatasi kekecewaan akan membuat anak selalu berbenturan dengan orang lain. Hal ini, karena anak akan mengartikan orang lain sebagai penyebab kesulitan atau ketidak nyamanan yang dia hadapi.

Oleh sebab itu, hal tersebut tentu saja akan menyebabkan hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain.

Untuk menghindari hal ini maka perlu mengajarkan anak sejak dini untuk bernegosiasi dan mengambil keputusan, sehingga anak akan memahami keinginannya tidak harus selalu terpenuhi seperti halnya dengan orang lain yang mengalami seperti itu.

Keputusan untuk tidak memenuhi suatu keinginan juga harus didorong menjadi suatu tindakan yang sadar.

Hal ini, akan membuat anak secara pelan pelan akan siap berhadapan dengan rasa kecewa jika salah satu keinginannya tidak terpenuhi. Sehingga anak akan memahami bahwa hal tersebut merupakan hasil tindakannya sendiri.

Contoh negosiasi pada anak :

- Ketika anak merengek minta mainan baru, maka berikan 2 pilihan : mainan baru atau hari libur jalan jalan.

- Ketika anak main game, berikan syarat supaya anak melakukan sesuatu yang positif terlebih dahulu dan berjanji main game dengan batas waktu yang sudah ditentukan. Baru anak diijinkan main game.

- Ketika anak minta segera dibelikan sepeda, maka berikan pemahaman bahwa membeli sepedanya menunggu uang terkumpul terlebih dahulu dan berikan syarat berupa kegiatan yang positif.

Nah, tahapan mengambil kepustusan pada anak ini dimulai dari 2 pilihan kondisi enak vs enak, enak vs tidak enak, tidak enak vs enak. 

Nah, bagaimanakah cara menangani anak tantrum yang bersikap demikian?

Tindakan menyalahkan dan memarahi anak memang sangat mudah dilakukan oleh orang tua, ketika anak berbuat salah. Namun demikian, sikap orang tua yang seperti ini, bisa saja akan membuat anak merasa tersakiti. 

Seorang anak berbuat buruk terkadang bukan karena anak tersebut buruk, tetapi karena anak mungkin sedang mencari perhatian orang tuanya. Hal ini, karena bentuk komunikasi seperti itulah yang diketahui oleh seorang anak.

Pada orang dewasa yang mengalami tekanan emosi pasti mereka akan mudah menjadi marah, berteriak teriak bahkan ada juga yang akhirnya hanya membiarkan saja perilaku buruk anaknya tersebut. 

Dengan anggapan bahwa setelah dewasa kelak, anak akan mengerti dan akan berubah dengan sendirinya. Padahal, sikap orang tua yang membiarkan saja perilaku buruk anaknya tersebut akan berdampak negatip pada sikap anak kedepannya.

Sejak masih usia anak anak, memang perlu mulai ditanamkan pendidikan budi pekerti melalui proses latihan terus menerus. Hal ini, supaya ketika anak menjadi dewasa, kepribadiannya sudah terbentuk akibat kebiasaan kebiasaan baik yang telah ditanamkan pasa anak Anda sejak dini.

Mengenai hal membentuk kepribadian anak, seorang konsultan parenting di Los Angeles, AS, bernama Bernard Percy, mengatakan : "Jika Anda berfokus pada apa yang anak lakukan salah, dia akan menolak, yang mengarah pada argumen dan perilaku buruk" 

Lalu, apa yang dapat Anda kembangkan untuk mengatasi perilaku negatif anak dan dapat mengubahnya menjadi perilaku positif?

Menghadapi anak tantrum maka ini yang harus dilakukan :

1. Jangan bereaksi

Kekeliruan yang kerap kali dilakukan orang tua yaitu menanggapi perilaku buruk dari seorang anak. Hal ini dikemukakan oleh Ed Christopersen, Ph.D, psikolog di Rumah Sakit Anak, di Kanvas City, AS. 

Dia menyarankan, apabila anak anak yang merengek meminta sesuatu di toko mainan atau membuat keributan dirumah, maka sebaiknya Anda berpura pura tidak melihat atau tidak mendengar saja. 

Resikonya adalah mungkin anak akan berteriak keras keras, bahkan kemarahan anak akan meningkat menjadi mengamuk, karena tidak berhasil memancing perhatian Anda. 

Tetapi justru hal inilah yang menjadi kuncinya, ketika Anda berhasil untuk tidak bereaksi maka rengekan itu akan kehilangan energi dengan sendirinya.

2. Bicara bersama

Jika anak sudah tenang maka ajaklah untuk duduk bersama. Setelah itu Anda jelaskan mengapa perilakunya salah dan sampaikan perilaku apa yang Anda inginkan. 

Untuk pertama kalinya, mungkin anak tidak begitu mengerti sepenuhnya, tetapi hal ini merupakan suatu proses yang sangat penting bagi anak karena pelajaran kepada anak seperti ini, meliputi penanaman nilai serta aturan keluarga supaya anak dapat menjadi lebih baik.

3. Konsisten

Suasana hati memang terkadang mempengaruhi sikap Anda kepada anak, sehingga hal ini yang akan membuat Anda menjadi tidak konsisten dalam menerapkan aturan yang seharusnya dipatuhi tanpa kompromi oleh anak Anda. 

Sekali Anda menerapkan aturan kepada anak untuk harus pergi tidur jam 9 maka seterusnya akan seperti ini secara konsisten. Jika anak melihat pelanggaran yang dilakukan oleh orang tuanya maka jangan heran jika ini akan terekan didalam otak anak Anda.

4. Tidak instan

Perilaku yang baik pada anak bukan merupakan sesuatu yang instan tetapi harus melalui proses dalam menanamkan nilai nilai dan aturan aturannya sejak kecil. 

Oleh sebab itu, Anda jangan pernah bosan untuk selalu mengarahkan anak dan memberikan contoh contoh perilaku baik yang Anda inginkan pada anak Anda.

5. Hindari kekerasan fisik

Kekerasan fisik selain menimbulkan trauma, juga akan menghalangi seorang anak untuk berperilaku lebih baik. Anda dapat keras tetapi harus dalam hal aturan aturan kedisiplinan pada anak saja. Hal ini, untuk menunjukkan pada anak, perilaku mana yang baik dan perilaku mana yang buruk. 

Oleh sebab itu, bukan untuk membuat anak semakin terpuruk karena mendapatkan hukuman yang membuat anak tersakiti tetapi untuk memberikan edukasi supaya anak bisa memahaminya tentang perilaku baik yang akan dia contoh dari orang tuanya.

Apakah anak anda sering kali mengabaikan nasihat Anda?

Sikap anak seperti itu memang sering Anda jumpai dan dalam kenyataannya masing-masing anak pasti akan memiliki paling tidak ada satu atau bahkan lebih perilaku buruknya dan yang pasti perilaku buruk ini tidak akan disukai oleh orangtua.

Nah, bagaimana jadinya kalau sampai anak Anda memiliki perilaku buruk tersebut, apa yang harus dilakukan oleh orang tua supaya dapat mengatasi kondisi seperti ini. 

Biasanya orang tua akan emosi dengan cara memarahi sang anak dan bahkan banyak juga yang disertai dengan bentakan terhadap anak. 

Sikap demikian ternyata sangat disayangkan, karena sekeras apapun bentakan orangtua yang dilakukan kepada anaknya, mungkin tidak semua anak bisa dan mau mengubah perilakunya. 


Kemarahan dan bentakan yang dilakukan oleh orangtua terkadang tidak mampu membuat anak mau meninggalkan perilaku buruknya. Sang anak bahkan seperti tidak pernah mau belajar untuk berubah, dan selalu akan mengulangi perilaku buruknya tersebut.

Menurut para ahli bahwa orangtua yang memarahi anak, akan membuat mereka merasa takut dan rasa takut ternyata dapat mempengaruhi dan bahkan dapat merusak neuron otak anak. 

Apabila Neuron otak anak rusak maka akan berpengaruh terhadap proses berfikir pada sang anak, sehingga anak akan sulit menerima informasi, sulit membuat keputusan.

Perlu anda ketahui bahwa otak manusia mengandung sekitar 1000 milyar mikroskopis yang disebut dengan Neuron  (dikutip dari wikipedia).

Sedangkan neuron di  otak berfungsi untuk memproses masukan internal dan eksternal yang diterima oleh tubuh manusia serta memastikan bahwa semua tubuh terus berfungsi dengan baik.

Mengutip salah satu buku dari seorang psikolog yang bernama Dr, Laura Markham, PHD dengan bukunya yang berjudul Peaceful parent, happy kids : How To Stop Yelling and start connecting.

Bahwa : mengatur emosi orangtua sebenarnya merupakan sebuah kunci keberhasilan untuk dapat merubah prilaku anak yang diinginkan oleh orang tua, sehingga supaya dapat merubah perilaku anak maka sebaiknya merubah dahulu emosi orang tua itu sendiri. 

Memang tidak mudah untuk dapat mengontrol dan mengatur emosi karena diperlukan kemauan dan usaha, namun demikian apabila kita dapat memaklumi dan menekan emosi kita terhadap orang lain mengapa dengan anak kita tidak dapat dilakukan..

Solusi terbaik untuk dapat merubah perilaku buruk anak adalah orangtua harus memberikan nasehat dengan kelembutan dan dengan cara memberi pengertian kepada anak kita terhadap sikap buruk yang telah dilakukannya,

Nah, tindakan orangtua seperti inilah yang diharapkan akan memperoleh hasil terbaik sehingga dapat merubah perilaku buruk anak menjadi sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tua dari pada dengan cara memarahi dan membentak anak kita.

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca artkel tentang Cara mengatasi anak tantrum, supaya terkendali, semoga bermanfaat. 
 
Jika memang bermanfaat, silahkan bagikan artikel ini ke teman, kerabat atau siapa saja yang membutuhkan supaya gema TrusSehat bisa sampai ke semua orang, semua bangsa tanpa kecuali dan akhirnya kita semua bisa Sehat selalu.

0 komentar