Apa saja penyebab dimensia atau pikun pada lansia

 

Dimensia, merupakan kondisi dimana sel otak penderitanya menjadi memburuk dan mati lebih cepat dari pada yang seharusnya

Causes of dimensia, mengapa bisa menjadi pikun?

Dimensia kebanyakan terjadi pada seseorang yang sudah berusia lanjut. Untuk pengertian dimensia sendiri, merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan hilangnya kemampuan berfikir, memori, perhatian, penalaran logis serta kemampuan mental lainnya dari seorang penderitanya.

Nah, terjadinya penurunan beberapa kemampuan inilah yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pikun. Apabila kondisi dimensianya sudah cukup parah maka hal ini dapat mengganggu aktifitas pekerjaan maupun fungsi sosial bagi penderita dimensia tersebut.

Lalu apa bedanya antara dimensia dengan pikun? Didalam istilah medis seseorang yang mengalami penurunan daya ingat serta berpikir dinamakan dengan dimensia. Namun demikian, bagi orang awam mereka akan menyebutnya dengan pikun.

Baca juga : Kenali tanda kesehatan tubuh, kurang sehat, segera atasi

Faktor penyebab dimensia, dapat disebabkan oleh penyakit maupun disebabkan bukan karena penyakit atau bisa juga disebabkan oleh kondisi lainnya. Hal inilah, yang sering dikenal dengan gangguan neurokognitif utama.

Kondisi dimensia ini bisa terjadi apabila bagian otak seseorang yang berfungsi untuk belajar, untuk menyimpan memori, untuk mengambil keputusan telah mengalami kerusakan atau dalam kondisi sakit.

Penderita dimensia, jika dilihat dari golongan usianya maka terdapat sekitar 5 sampai 8 persen orang dewasa yang berusia diatas 65 tahun. Golongan usia ini, biasanya telah menderita beberapa macam jenis dimensia.

Kondisi dimensia ini, akan semakin meningkat setiap 5 tahun sekali setelah seseorang menginjak usia 65 tahun dan 50 % dari lansia yang berusia 80 tahun ini akan mengalami dimensia.

Perlu kita ketahui bersama, bahwa dimensia dengan penyakit alzheimer ternyata ada keterkaitaannya ya, karena penyakit alzheimer merupakan penyebab paling sering dari dimensia tersebut.

Menurut catatan, bahwa ada sebanyak 60 sampai dengan 80 persen dari seseorang yang mengalami dimensia maka juga akan menderita alzheimer. Meskipun demikian, masih terdapat 50 penyebab dimensia lainnya.

Meskipun gejala dimensia dapat berangsur membaik dengan dilakukannya pengobatan. Namun demikian, berbagai macam penyakit yang menyebabkan terjadinya dimensia juga tidak dapat disembuhkan.

Yuk cermati, apa saja jenis jenis dimensia :

Dari berbagai macam jenis dimesia yang ada, maka ada dimensia yang dapat dikelola dengan baik hingga dapat mengalami perbaikan tetapi ada juga dimensia yang tidak dapat disembuhkan.

Berikut beberapa jenis dimensia :

- Penyakit alzheimer, yang disebabkan campuran dari faktor risiko genetika dengan gaya hidup

- Demensia vaskular, yang disebabkan oleh stroke otak yang terjadi berulang kali

- Demensia akibat penyakit parkinson dan gangguan sejenisnya

- Demensia dengan badan lewy

- Demensia frontotemporal (penyakit Pick)

- Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Untuk kondisi dimensia sendiri, telah dikelompokkan atas dasar bagian otak yang mana yang terpengaruh oleh dimensia tersebut.

Sementara itu, dimensia bukan merupakan kebingungan atau hilangnya daya ingat yang sifatnya sementara saja karena kondisi yang demikian kemungkinan disebabkan oleh infeksi dan kondisi dimensia seperti ini dapat sembuh tanpa melalui pengobatan.

Namun demikian, dimensia juga dapat disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya maupun yang disebabkan oleh pengaruh efek samping dari obat. Namun demikian, pada umumnya dimensia akan dapat menjadi tambah buruk dari waktu ke waktu.

Tibalah saatnya kami akan membahas tentang beberapa penyebab dari dimensia hingga menyebabkan seseorang bisa kehilangan kemampuan berfikir dan memorinya.

Berikut penyebab yang paling umum dari dimensia :

- Penyakit saraf degeneratif, diantaranya penyakit alzheimer, penyakit parkinson, penyakit huntington.

- Beberapa macam sklerosis multiple, dimana jenis penyakit ini akan menjadi semakin memburuk dari hari ke hari

- Gangguan pembuluh darah yang akan menyebabkan sirkulasi darah yang menuju ke otak menjadi terganggu.

- Cedera otak traumatis karena kecelakaan mobil, jatuh, gegar otak dan penyebab cidera otak lainnya

- Infeksi pada sistem syaraf pusat, diantaranya meningitis, HIV serta penyakit Creutzfeldt-Jacob

- Peminum alkohol atau pemakai narkoba dalam jangka waktu lama

- Beberapa jenis penyakit hidrosefalus, penumpukan cairan di otak

Nah, itulah beberapa macam penyebab dimensia yang umum bisa terjadi. Namun demikian, ada juga beberapa penyebab dimensia yang sifatnya reversibel atau dapat dibolak balikkan.

Berikut penyebab dimensia yang reversibel meliputi :

- Peminum alkohol atau penggunaan zat zat terlarang

- Penyakit tumor

- Hematoma subdural dimana terdapat gumpalan darah di bawah lapisan luar otak

- Hidrosefalus karena terjadi penumpukan cairan di otak

- Gangguan metabolisme diantaranya terjadi kekurangan vitamin B12

- Rendahnya kadar hormon tiroid yang biasa disebut dengan hipotiroidisme

- Kondisi kadar gula darah rendah atau disebut dengan hipoglikemia

- Gangguan neurokognitif yang berhubungan dengan HIV

Lalu, faktor faktor fisik dan gaya hidup apa saja yang bisa membuat seseorang dapat menjadi peluang terkena dimensia :

- Umur atau usia

- Didalam keluarga ada yang dimensia

- Penyakit seperti diabetes, sindrom Down, multiple sclerosis, jantung serta slep apnea

- Depresi

- Perokok, peminum alkohol berat, pola makan yang tidak bagus serta kurang melakukan olahraga

- Kerusakan otak

- Stroke

- Infeksi otak, diantaranya meningitis dan sifilis

Seperti halnya dengan penyakit penyakit yang lain, dimensia juga memiliki gejala yang akan menandakan kalau kondisi tubuh seseorang mengalami dimensia.

Pada umumnya, seseorang dengan dimensia akan mempunyai masalah untuk berfikir dan mengingat yang sangat mempengaruhi kemampuan penderitanya untuk mengatur kehidupan sehari hari mereka.

Berikut gejala gejala atau tanda dari dimensia yang perlu diperhatikan :

- Masalah memori jangka pendek, diantaranya lupa dimana Anda meletakkan sesuatu atau menanyakan sesuatu yang sama secara berulang ulang.

- Masalah komunikasi diantaranya tidak dapat mengucapkan kata kata

- Merasa kehilangan

- Masalah dengan pekerjaan pekerjaan yang kompleks tetapi sudah terbiasa diantaranya menyiapkan makanan atau membayar tagihan tagihan

- Perubahan kepribadian diantaranya depresi, agitasi, paranoia serta perubahan suasana hati

Dimensia juga mempunyai tahapan tahapan sesuai dengan tingkat keparahannya :

Namun demikian, perlu dicatat bahwa tahapan tahapan ini kemungkinan tidak akan sama dan akan tergantung dari bagian otak mana yang terpengaruh.

Berikut tahapan tahapannya :

- Tidak terdapat penurunan nilai

Pada tahapan ini seseorang tidak akan memperlihatkan gejala tetapi dengan melakukan tes maka akan dapat terlihat masalahnya

- Penurunan sangat ringan

Pada tahapan ini, seseorang akan mengalami perubahan perilaku tetapi masih bisa mandiri

- Penurunan ringan

Pada tahapan ini, seseorang akan mengalami banyak perubahan dalam pemikiran maupun penalarannya. Penderita akan mengalami kesulitan dalam membuat rencana dan sering mengulanginya, selain itu juga kesulitan untuk mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

- Penurunan sedang

Di tahapan ini, seseorang akan mempunyai lebih banyak masalah dalam membuat rencana serta dalam mengingat kejadian yang baru saja dialaminya. Diantaranya, mengalami kesulitan untuk bepergian sendiri dan menangani keuangannya sendiri.

Seseorang tidak dapat mengingat nomor telepon atau nama cucunya, bingung untuk mengingat waktu dalam seminggu.

Nah, dalam kondisi seperti ini maka mereka membutuhkan bantuan untuk beberapa fungsi dasar seperti dalam memilih pakaian yang akan dipakai.

- Penurunan parah

Pada tahapan ini, seseorang akan mulai melupakan pasangannya. Dalam kondisi ini, mereka membutuhkan bantuan untuk ke kamar kecil maupun untuk makan. Selain itu, penderita akan mengalami perubahan kepribadian dan emosinya.

- Penurunan sangat parah

Pada tahapan ini seseorang penderita akan tidak dapat mengungkapkan pikiran mereka, tidak dapat berjalan dan menghabiskan sebagian waktunya untuk tidur.

Dokter yang melakukan diagnosa terhadap penderita dimensia, biasanya merlihat riwayat dari pasien serta melakukan pemeriksaan fisik dan tes kognitif terhadap penderita dimensia tersebut.

Beberapa pengujian terhadap penderita dimensia :

- Tes darah dan urine

- Rontgen dada

- Pemindaian otak (MRI atau CT scan)

- Elektroensefalogram (EEG)

- Analisis cairan tulang belakang, hal ini untuk mendeteksi gangguan perhatian, orientasi, penyimpanan dan pertimbangan. Dimana ada kriteria tertentu dalam mendiagnosis dimensia tersebut.

- Ketrampilan dan fungsi bahasa, motorik dan spasial

Apa saja komplikasi dari dimensia (sumber : Gleneagles Singapore)

- Berkurangnya rentang hidup

- Mengalami delusi dan halusinasi

- Mengalami depresi

- Nutrisi tidak mencukupi

- Risiko terkena infeksi lebih tinggi di bagian tubuh manapun

- Kehilangan kemampuan untuk interaksi sosial

- Kehilangan kemampuan untuk hidup dengan aman dan mandiri juga kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri

- Susah tidur

- Efek samping dari pengobatan

Didalam melakukan perawatan terhadap penderita dimensia maka dokter akan melakukan pengobatan apapun penyebab dari dimensia tersebut. Karena sebanyak 20% penyebab dimensia bersifat reversibel.

Pada umumnya dimensia tersebut tidak dapat disembuhkan maka pengobatan akan dilakukan oleh dokter tertuju kepada pengelolaan gejala, khususnya agitasi dan masalah emosionalnya.

Tahap awal dari penyakit alzheimer ini, merupakan bentuk paling umum dari dimensia. Hal ini, karena penyakit alzheimer akan menjadi penyebab dari penurunan daya ingat sehingga menjadi pikun.

Dokter mungkin akan memberikan infus bulanan sebagai antibodi monoklonal untuk mengurangi penumpukan plak amiloid di otak penderita alzheimer.

Hal ini, karena plak tersebut yang menyebabkan hilangnya memori yang terkait dengan penderita penyakit alzheimer.

Biasanya obat obatan yang diberikan oleh dokter digunakan sebagai penghambat asetilkolinesterase dan hanya akan membantu memperlambat perkembangan perubahan kognitif saja dan tidak dapat mencegah memburuknya kondisi yang mendasarinya.

Nah, lain halnya dengan brain Fog symptom atau kabut otak yaitu seseorang yang mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi serta tidak dapat fokus pada saat memikirkan sesuatu hal.

Demikian ulasan tentang apa saja jenis jenis dimensia, gejala, penyebab dimesia atau pikun pada lansia, semoga bermanfaat !!

0 komentar